Menunda Coretan Suasana Hati
Sore ini ku hanya bisa duduk
terdiam dan memandangi langit biru yang kontras dengan suasana yang sedang
melanda hati ini. Sementara itu, dua teman yang sedang duduk pas di hadapanku
sedang asyik berfantasi dengan pikiran-pikiran mereka mengenai cinta yang lebih
senang kusebut omong kosong. Entah rasa kecewa atau sakit hatikah yang telah
membuatku berani menggeserkan defenisi kata tersebut. Tapi terlepas dari hal
itu, memang begitulah kenyataan yang kurasakaan saat ini.
Bingung harus berbuat apa,
kuberanikan diri untuk mengambil laptop kesayanganku. Mungkin arti sayang bagi
diriku berbeda dengan orang pada umumnya sebab rasa sayangku tergambar di
laptop dengan kondisi layar yang penuh debu dan di sisi lain laptop tersebut
dihiasi dengan guratan-guratan bekas cakaran yang semakin mempertegas rasa
sayangku pada alat elektronik yang hanya berukuran 16 inci tersebut.
Kemudian, kubuka aplikasi
pengolah kata dan mulai mengetikkan huruf demi huruf sehingga terangkai menjadi
kata dan akhirnya dengan susah payah tersambung menjadi sebuah kalimat. Sebuah
kebangaan tersendiri mengingat suasa hati yang tidak mendukung untuk menuliskan
kejadian sore ini. Ditambah lagi kemampuan mengetikku yang kurang cepat
(seperti melihat jemari yang baru belajar menari di atas tuts keyboard)
sehingga kualitas munculnya inspirasi tidak sebanding dengan kecepatan
mengetik.
Apa boleh buat?, kuketik
semampuku saja. Sementara Asyik mengetik, adzan Magrib mulai berkumandan.
Kewajibanpun harus ditunaikan, sehingga tulisan mengenai suasana hati ini untuk
sementara harus tertunda. Bukan takdirnya, suasana hati yang kualami saat ini
harus kutuliskan lagi di kertas yang lain.
Depan Aspura, 30 Oktober 2012
18:05
Kutulis saat menunggu matahari
menitipkan sinarnya ke Bulan untuk kembali menerangi bumi