Entri Populer

Sabtu, 16 Juni 2012

Jubah Kemuliaan

KETIKA kehormatan bersumber dari atribut, maka distansi antara kemuliaaan dengan kehinaan, hanya terpisahkan oleh selapis tabir yang teramat tipis. Kehormatan diri, hanya berjarak selangkah dengan kenistaan.

“Tuhan mengukur kemuliaan dan kehormatan manusia dari ketakwaan kepada-Nya. Dan sifat takwa itu sendiri mencerminkan wujud kecemerlangan akal budi manusia, tidak hanya sebatas dalam makna hubungan secara vertikal dengan Sang Maha Segala, tetapi juga dalam konteks sesama insan dan seluruh alam semesta,” kata al-Sybli. Dia ingin menegaskan bahwa ketika Tuhan menyatakan keimanan kepada-Nya sebagai ukuran kesejatian harkat kehormatan dan kemuliaan seseorang, maka setiap manusia harus mempercayainya terlebih dahulu, sebelum kemudian memahaminya secara rasio maupun empirik. Lalu, bagaimana mungkin dia bisa menerima pemikiran bahwa kehormatan dan kemuliaan seseorang justru hanya bergantung kepada selembar jubah jabatan? Yang pada saat Sang Jubah kotor atau hilang, maka Si Empunya harus terpuruk dalam kehinaan? Bukankah itu menantang kehendak Tuhan? 





oleh Muhammad Akil Musi pada 27 Juni 2009 pukul 7:28 ·




Tidak ada komentar:

Posting Komentar